Umat Kristen Lebanon Tolak Pindah dari Zona Perang

Zona perang gaza
Marita El Hajj: Anak dalam Kepungan Konflik, Mencari Kedamaian di Tengah Perang Lebanon

TOP LINE – Lebanon – Suara jet tempur Israel menderu memecah ketenangan, mengguncang rumah Marita El Hajj yang terletak di zona perang tepatnya desa Kristen Maronit, hanya 3 mil dari perbatasan Israel.

Anak perempuan berusia 9 tahun itu tak bergeming, menatap kosong dengan mata berkaca-kaca, memendam ketakutan yang tak terungkap.

Selama setahun terakhir, Marita semakin merasakan langsung dampak konflik Israel dan Hizbullah yang kian memanas. Kondisinya yang mengidap autisme memburuk drastis, terutama dalam tiga minggu terakhir.

Orang tuanya, Robert dan Manal El Hajj, melihat konflik ini mengubah kehidupan desa mereka, yang dahulu damai, menjadi zona perang yang penuh ketidakpastian.

“Kami hanya ingin perdamaian,” ucap Manal, penuh harap. Perang ini menghancurkan banyak kehidupan, termasuk kehidupan keluarga mereka. Mereka tak pernah meminta untuk terjebak dalam konflik ini.

Wilayah selatan Lebanon yang dikuasai Hizbullah juga merupakan tempat bagi banyak desa Kristen, Druze, dan Muslim Sunni. Sebagian besar dari mereka memilih untuk tetap netral, menjaga jarak dari konflik besar ini.

Zona perang gaza
Marita El Hajj: Anak dalam Kepungan Konflik, Mencari Kedamaian di Tengah Perang Lebanon

Namun, perang kini merambat tanpa pandang bulu, menghancurkan batas-batas yang dulu melindungi desa-desa ini dari pertumpahan darah.

Walau sebagian besar penduduk sudah dievakuasi, beberapa penduduk Kristen bersama para pemimpin agama mereka memilih tetap bertahan. Bagi mereka, meninggalkan rumah bukanlah pilihan lagi.

Bagi keluarga Marita, perang kali ini lebih dari sekadar pertempuran senjata. Krisis ekonomi yang berkepanjangan di Lebanon membuat mereka tak punya jalan keluar.

Keterbatasan ekonomi memaksa mereka tetap tinggal di zona bahaya, tanpa mampu mencari tempat yang lebih aman.

Di tengah kehancuran, beberapa komunitas terus berupaya untuk bertahan.

Relawan di gereja St. George, misalnya, masih menyiapkan bantuan makanan bagi mereka yang memilih bertahan di Qlaaya, salah satu desa di selatan Lebanon yang terkena dampak perang. Harapan mereka adalah satu: perdamaian.

Foto : Relawan di gereja St. George menyiapkan paket makanan untuk orang-orang yang memutuskan untuk tinggal di Qlaaya, Lebanon. (Lorenzo Tugnoli untuk The Washington Post)

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *