
Oleh: Eko Tejo Marvianto, S.I.Kom, M.I.Kom Komisioner Komisi Informasi Babel 2017-2021
TOP LINE – Bangka Belitung – Fenomena Kotak Kosong, Mendekati Pilkada Serentak 2024, salah satu fenomena menarik yang kembali mencuat adalah munculnya kotak kosong atau kolom kosong.
Fenomena ini mencerminkan dinamika politik yang semakin terbuka seiring dengan meningkatnya kesadaran demokrasi dan akses informasi di masyarakat.
Keberadaan calon tunggal di beberapa daerah, termasuk di Bangka Belitung, mendorong munculnya opsi kotak kosong sebagai alternatif bagi masyarakat yang merasa aspirasinya tidak terwakili.
Dalam Pilkada Serentak 2024, Bangka Belitung menjadi salah satu provinsi yang mengalami fenomena ini.
Tiga dari tujuh kontestasi pilkada di provinsi ini diisi oleh calon tunggal, termasuk di Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka, dan Kota Pangkalpinang. Kondisi ini memunculkan sebuah refleksi penting: apakah masyarakat puas dengan pilihan yang ada? Ataukah kotak kosong merupakan bentuk protes simbolis terhadap elite politik?

Komisioner Komisi Informasi Babel 2017-2021
Akar dari Kotak Kosong
Secara sederhana, komunikasi adalah jembatan antara pesan dan penerima. Namun, dalam konteks politik, komunikasi ini seringkali terdistorsi oleh berbagai kepentingan, sehingga tidak semua aspirasi masyarakat terakomodasi.
Dalam beberapa kasus, munculnya calon tunggal adalah hasil dari koalisi partai-partai besar yang mengeliminasi kompetisi. Hal ini, tentu saja, memunculkan pertanyaan tentang sejauh mana demokrasi kita masih berfungsi secara ideal.
Kotak kosong dalam Pilkada Makassar 2018, di mana kotak kosong menang melawan calon tunggal, adalah salah satu contoh nyata bagaimana masyarakat bisa menggunakan kotak kosong sebagai alat protes.
Fahri Hamzah, salah satu tokoh politik, bahkan menyebutnya sebagai ‘hukuman’ dari masyarakat kepada elite politik. Pernyataan ini sangat relevan dalam konteks Pilkada 2024 di Bangka Belitung, di mana fenomena kotak kosong semakin menguat.
Refleksi Komunikasi Politik
Dalam komunikasi politik, fenomena kotak kosong dapat dilihat sebagai bentuk umpan balik negatif dari masyarakat kepada elite politik. Masyarakat, yang semakin melek informasi dan politik, menuntut lebih dari sekadar formalitas pemilihan.
Mereka ingin melihat calon yang benar-benar representatif dan kompetitif, bukan hanya pilihan tunggal yang disodorkan oleh koalisi partai.
Bagi saya, fenomena kotak kosong ini seharusnya menjadi peringatan bagi para pemangku kepentingan politik bahwa masyarakat tidak bisa lagi dianggap pasif. Mereka aktif dalam mencari informasi, menilai janji-janji politik, dan menentukan sikap terhadap calon-calon yang ada.
Demokrasi bukan lagi sekadar seremoni lima tahunan, melainkan sebuah proses yang terus berkembang.
Tantangan dan Harapan untuk Demokrasi
Kotak kosong bukan hanya sebuah fenomena unik, tetapi juga menjadi barometer kedewasaan politik masyarakat. Ini menunjukkan bahwa demokrasi kita sudah berada di tahap di mana masyarakat berani menyatakan kekecewaan mereka terhadap sistem yang ada.
Jika fenomena ini terus tumbuh, maka ini bisa menjadi indikasi bahwa masyarakat menginginkan perubahan dalam cara politik di Indonesia dijalankan.
Harapan saya, kesadaran politik masyarakat ini akan terus berkembang, tidak hanya saat Pilkada berlangsung, tetapi juga dalam keseharian berdemokrasi.
Kotak kosong hanyalah simbol, tetapi di baliknya terdapat pesan yang lebih besar: bahwa masyarakat menginginkan pemimpin yang benar-benar mewakili mereka, bukan hanya sebagai hasil dari kompromi politik.
Penutup
Mencermati fenomena kotak kosong di Pilkada 2024, saya melihat ini sebagai kesempatan bagi kita semua, baik masyarakat maupun elite politik, untuk merenung dan memperbaiki diri.
Demokrasi adalah suara rakyat, dan kotak kosong adalah salah satu cara masyarakat untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka.
Mari kita jaga demokrasi ini dengan sportif dan penuh integritas, sehingga Pilkada 2024 di Bangka Belitung, dan di seluruh Indonesia, dapat berjalan dengan lancar dan mencerminkan kehendak rakyat yang sesungguhnya.
Salam Demokrasi!