YOGYAKARTA – Perjalanan musik Edi Bonjovi, penyanyi asal Wonosobo, menjadi bukti nyata bahwa bakat dan konsistensi mampu mengantarkan seseorang dari ruang sederhana menuju panggung bergengsi.
Sejak duduk di bangku SMA, Edi mulai menekuni dunia tarik suara. Suaranya yang khas membawanya memilih jalur berbeda, yakni mengawali karier dari jalanan sebagai pengamen.
Dari situlah perlahan ia menapaki panggung hiburan hingga dipercaya tampil di berbagai kafe dan hotel di Yogyakarta.
Nama Edi Bonjovi bahkan sempat tercatat dalam sejumlah kontrak bernyanyi di luar Jawa.
Ia pernah tampil di Resto Dunia Laut, Banjarmasin, hingga Cafe Billyard LACUPOLE, Palangka Raya.
Tak hanya itu, Edi juga dipercaya menjadi pengisi hiburan di Resto Kampung Lauk, Palangka Raya—sebuah restoran yang kerap disinggahi Presiden Joko Widodo saat kunjungan kerja.
Kini, Edi menjadikan Yogyakarta sebagai basecamp bermusik. Setiap pagi, pukul 06.00–10.00 WIB, ia rutin menghibur masyarakat di Jalan Mangkubumi, tepat di depan Angkringan Zaman Edan, utara Hotel Grand Zuri. Kebiasaan ini membuatnya mendapat julukan unik dari masyarakat sebagai “pengamen paling pagi sedunia”.
Meski telah berpengalaman di banyak panggung, Edi tetap rendah hati. Ia menegaskan siap menerima panggilan tampil di berbagai acara, baik di dalam maupun luar pulau.
“Saya tidak pasang tarif, semua sesuai kemampuan penyelenggara. Kalau ada kesempatan ke luar negeri pun siap—asal jangan ke luar planet, nanti dicari anak istri,” ujarnya sambil berseloroh.
Kisah perjalanan Edi Bonjovi menjadi inspirasi bahwa kerja keras, ketekunan, dan sikap rendah hati mampu membuka jalan bagi siapa pun untuk meraih kesempatan.
Dari jalanan Wonosobo, kini suaranya meramaikan sudut-sudut hiburan Yogyakarta hingga lintas pulau.