BERITA TOP LINE – Langkah pemerintah menugaskan Novel Baswedan untuk memperkuat pengawasan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) bukan sekadar penempatan birokratis—ini adalah pesan tegas bagi siapa pun yang selama ini bermain di wilayah gelap keuangan negara.
Mantan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu kini tak hanya mengawasi dari balik meja, tetapi juga terjun langsung ke lapangan.
Pelabuhan demi pelabuhan ia datangi, seperti Probolinggo hingga Benoa, demi membenahi masalah klasik: izin kapal yang tidak jelas, potensi pendapatan negara yang bocor, dan pengusaha yang bermain-main dengan aturan.
Keberadaan Novel di tengah kementerian-kementerian strategis seperti Kemenkeu, Kementerian ESDM, KKP, dan Kemenhub menjadi simbol dari satu hal: negara mulai mengambil serius hak-haknya.
Namun, penugasan ini tak hanya soal teknis. Di baliknya, ada ketegangan. Para bekas pejabat yang pernah merasa aman, kini terusik.
Mereka yang dulu nyaman bermain di belakang layar, kini mulai merasa gelisah. Mungkin memang sudah saatnya.
Novel bukan hanya membawa pengalaman panjang dalam memberantas korupsi. Ia membawa luka, keberanian, dan keyakinan bahwa keadilan tidak boleh dibiarkan mati.
Kasus penyiraman air keras yang belum tuntas adalah bukti bahwa jalan melawan kebusukan tak pernah mudah. Tapi justru di situlah kekuatannya: ia tahu risiko, tapi tetap maju.
Berita Top Line memandang, publik harus berdiri di belakang upaya ini. Kita harus mengawal bersama-sama.
Karena jika negara mampu mengelola PNBP dengan bersih dan optimal, bukan tidak mungkin layanan publik, pendidikan, kesehatan, dan pembangunan bisa jauh lebih maju—tanpa menambah utang.
Penerimaan negara bukan pajak selama ini kerap luput dari sorotan. Padahal nilainya bisa triliunan rupiah. Dari sektor perikanan, tambang, pelabuhan, hingga penggunaan sumber daya alam lainnya. Selama ini, celahnya sering dimanfaatkan oleh segelintir orang demi keuntungan pribadi.
Penempatan Novel harus menjadi momentum koreksi kolektif, bahwa uang rakyat harus dijaga dengan serius, bukan dijadikan bancakan.
Semoga Allah SWT memberi kekuatan dan keteguhan hati kepada Novel Baswedan. Dan semoga kita, sebagai rakyat, tak hanya menjadi penonton, tapi juga penjaga harapan.
Redaksi
BERITA TOP LINE (Suara Nuswantara)
“Tajam, Kritis, Berdiri Bersama Kepentingan Publik”