TOP LINE – Golden Hanoman, – Jogja NETPAC Asian Film Festival (JAFF) edisi ke-19 resmi ditutup pada 7 Desember 2024. Festival yang mengusung tema “Metanoia” ini mencatat kehadiran lebih dari 24.000 pengunjung, jumlah tertinggi sejak penyelenggaraannya dimulai pada 2006.
Puncak penghargaan JAFF19 mempersembahkan Golden Hanoman kepada film Happyend karya sutradara Neo Sora.
Film ini memukau juri dengan narasi kritis terhadap pengawasan massal dan semangat perlawanan pemuda Jepang.
Penghargaan Silver Hanoman diberikan kepada Viet and Nam karya Trương Minh Quý, sebuah eksplorasi mendalam tentang cinta, trauma, dan identitas.

Di ajang Indonesian Screen Awards, film Yohanna arahan Razka Robby Ertanto mendominasi dengan memenangkan lima kategori: Best Film, Best Director, Best Storytelling, Best Performance, dan Best Cinematography.
Juri memuji film ini atas kejujurannya dalam menggambarkan masyarakat pedesaan Indonesia yang terpinggirkan.
Inovasi dan Keberagaman
Selain penayangan film, JAFF19 menghadirkan program edukatif seperti masterclass bersama Tsai Ming Liang, yang diikuti oleh sineas ternama Indonesia.
Festival ini juga memperluas inklusivitas dengan menghadirkan “Bioskop Bisik” untuk penyandang disabilitas sensorik, serta memperkaya program seperti konser sinematik dan midnight screening.
Ajish Dibyo, Direktur Eksekutif JAFF, menegaskan komitmen untuk terus berinovasi.
“Kami ingin menjadi etalase keberagaman karya sinema Asia sekaligus mendorong inklusivitas dan kreativitas dalam setiap program,” ujarnya.
Melalui penghargaan dan programnya, JAFF19 membuktikan bahwa festival ini bukan sekadar perayaan sinema, tetapi juga wadah edukasi dan kontribusi positif bagi masyarakat.
Perhelatan ini relevan sebagaimana dengan:
1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman mengatur pengembangan dan promosi perfilman nasional, termasuk penyelenggaraan festival film.
2. Konvensi UNESCO tentang Keberagaman Budaya 2005 mendukung inisiatif yang mendorong keberagaman budaya dan inklusivitas di sektor kreatif.