TOP LINE – Jakarta – Jokowi Effect, Dalam dunia politik tidak ada yang terjadi secara kebetulan; semuanya terencana. Proses ini berlaku dalam melahirkan pemimpin berkualitas maupun membesarkan partai politik seperti Golkar, PDI-P, Demokrat, Gerindra, dan PKS.

Namun, yang membedakan adalah sikap dan posisi seorang pemimpin ketika berada dalam sebuah partai.
Saat seorang pemimpin berkualitas berada di partai dengan kecenderungan “Monarki Absolut”, tak jarang mereka memilih mencari wadah politik baru yang lebih sejalan dengan visi dan misinya.
Sosok tersebut adalah Joko Widodo (Jokowi), dan wadah baru yang diharapkan adalah Golkar. Saat ini, Golkar masih memerlukan “Jokowi Effect” untuk menjaga kekuatannya di kancah politik nasional.
Golkar membutuhkan figur pemimpin yang negarawan, kharismatik, berprestasi, serta memiliki elektabilitas dan popularitas yang tinggi.
Dari masa ke masa, pemilihan Ketua Umum Golkar selalu diwarnai intrik dan polemik. Sejak era Soeharto, Golkar belum menemukan figur yang mampu menyatukan partai. Sosok itu hanya bisa diisi oleh Jokowi.
Pasca Airlangga Hartarto, siapa pun penggantinya harus mampu merangkul berbagai pihak, dihargai, diteladani, dan mampu menyaingi kekuatan Gerindra yang sedang berkuasa.
Golkar, yang selama ini dikelola dengan pendekatan bisnis sentris oleh para elitnya, memerlukan figur pemimpin yang mampu mendominasi politik nasional dan internasional, sekaligus menyaingi dominasi Prabowo Subianto di masa depan.
Jokowi telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang mampu menenggelamkan dominasi PDI-P dalam pilpres lalu.
Maka, pertanyaannya, apakah Bahlil Lahadalia mampu menjadi Ketua Umum Golkar yang bisa meredam senioritas para elit partai? Ataukah Gibran Rakabuming Raka diperlukan untuk mendongkrak elektabilitas partai, meski harus tetap bergantung pada Jokowi Effect?
Jawabannya ada di tangan Jokowi. Siapapun calonnya, satu hal yang pasti: Golkar masih membutuhkan Jokowi Effect.
Dengan sosok yang tepat, Golkar bisa mengembalikan kejayaannya dan menjadi kekuatan besar dalam kancah politik Indonesia.